Rabu, 10 Februari 2016

Mereka Jalani Masa Kecil Memilukan Sebelum Sukses di Sepakbola

8 Pemain Sepak Bola yang Masa Kecilnya Memilukan 







1. Victor Moses
Moses adalah pemain Nigeria yang sudah cukup lama malang melintang di Premier League dan kini ia sedang dipinjamkan ke West Ham.

Namun jauh sebelum itu, Moses mengalami masa kanak-kanak yang jauh dari kata menyenangkan. Ayahnya adalah seorang Pastur. Ketika Moses memasuki usia 11 tahun, kedua orang tuanya terbunuh dalam sebuah kerusuhan berlatar belakang agama di Nigeria. Sepekan berselang, Moses lantas terbang ke Inggris untuk memulai kehidupan baru, sebelum akhirnya mencapai puncak karirnya kala membela Chelsea di 2012.


2. Carlos Tevez
Striker Argentina sempat dikenal dengan sebutan titisan Diego Maradona. Namun ketika masih berusia anak-anak, Tevez ditinggalkan oleh ibunya sendiri dan ayahnya terbunuh ketika ia masih kecil. Pemain yang kini membela Boca Juniors memiliki bekas luka bakar, usai wajahnya terkena air panas ketika ia tinggal bersama sang paman.

Pencapaian terbesar Tevez adalah ketika ia membela Juventus, di mana ia sempat membawa klub Italia masuk ke final Liga Champions 14/5 dan menantang Barcelona di Berlin.


3. Mario Balotelli
Mario Balotelli menderita penyakit di bagian perut, yang terpaksa membuat kedua orang tua kandungnya menyerahkan dirinya ke dinas sosial. Sosok yang dikenal punya temperamen tinggi ini lantas diasuh oleh orang tua angkat, Silvia dan Francesco Balotelli. Sebagai catatan, ibu angkat Balotelli adalah salah satu orang yang berhasil selamat dari pembantaian terhadap kaum Yahudi yang sempat dilakukan oleh Nazi di masa Perang Dunia II.


4. Franck Ribery
Ketika berusia dua tahun, Ribery dan keluarganya terlibat kecelakaan mobil di kota kelahirannya, Pas-de-Calais. Ribery lantas mengalami cedera serius di bagian wajahnya, membuat ia harus menerima lebih dari seratus jahitan, dan dua bekas luka besar di sisi kanan wajahnya. Sebelum bergabung dengan klub Stade Brestois di 2003 silam, ia sempat menjadi buruh bangunan bersama sang ayah.


5. Hope Solo
Hope Solo adalah pesepakbola wanita asal Amerika Serikat. Ia kali pertama belajar menendang kulit bundar dari sang ayah, yang merupakan seorang veteran perang Vietnam.

Pada usia tujuh tahun, Solo dan saudara kandungnya, Marcus, dibawa oleh ayah mereka bepergian ke Seattle dan mereka sempat menetap di hotel selama beberapa hari. Polisi lantas menangkap ayah Solo atas tuduhan penculikan, mengingat kedua orang tua Solo sudah bercerai ketika ia masih berusia enam tahun.

Meski demikian, Solo disebut masih menjaga hubungan baik dengan sang ayah, terutama ketika ia menjalani masa studi di University of Washington, sebelum sang ayah akhirnya berpulang pada Juni 2007 akibat serangan jantung.


6. Yaya Toure
Toure tak pernah punya sepatu sepakbola sendiri sebelum ia berusia 10 tahun, setelah sebelumnya kerap bermain dengan bertelanjang kaki di jalanan Pantai Gading.

"Sepasang sepatu sepakbola amat mahal," tutur Toure pada The Guardian di 2011. "Dan ketika Anda punya tujuh anak dalam satu keluarga dan Anda bilang ingin membeli sepasang sepatu, Ayah akan membunuh Anda."

Namun Toure mampu melewati semua kesulitan yang ada dan berkembang menjadi salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Pantai Gading atau bahkan benua Afrika. Talenta hebat yang ia miliki membawanya ke klub-klub besar Eropa, seperti Barcelona, dan kini Manchester City.


7. Alexis Sanchez
Tumbuh tanpa mendapat banyak perhatian dari sang ayah, ibu Sanchez mencoba untuk menjadi tulang punggung keluarga dengan menjadi petugas keberhasian di sekolah bintang Arsenal.

"Ketika ia sedang membersihkan sekolah, saya bersembunyi karena saya tidak senang melihat dia ada di sana," tutur Sanchez mengenai pekerjaan ibunya kala itu.

Sanchez sendiri sempat bekerja sebagai tukang cuci mobil untuk memberikan tambahan pemasukan bagi keluarganya. Andai tidak menjadi pesepakbola profesional, Sanchez sempat mengatakan bahwa ia mungkin akan bekerja di pertambangan lokal - namun di usia 16 ia mencatat debut profesional, dan tak lama kemudian Udinese membuka gerbang Eropa baginya.


8. Neymar
Empat bulan setelah dilahirkan, kedua orang tua Neymar sempat yakin sang anak tewas usai ia terlibat kecelakaan mobil yang membuatnya bersimbah darah, di mana mobil yang ditumpangi hanya tinggal beberapa meter lagi bakal jatuh dari atas tebing.

Neymar kecil tumbuh di sebuah kamar kecil di rumah kakeknya, yang harus ia bagi dengan kedua orang tua dan saudara perempuannya.

Namun lambat laun, Neymar berkembang menjadi salah satu talenta terbesar yang dihasilkan Brasil dalam lima tahun terakhir. Karirnya kian menanjak usai bergabung dengan Barcelona di musim panas 2013. Di musim keduanya di Camp Nou, ia membuat tim memenangkan treble dan belum lama ini, sang pemain sukses finish sebagai peringkat tiga dalam ajang Ballon d'Or 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar